Saturday, 12 March 2011 Menteri Luar Negeri Marty M Natalegawa dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel menggelar jumpa pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta kemarin. Marty menyatakan kecerobohan AS dengan bocornya kawat diplomatik mereka bisa membuat hubungan RI-AS berubah.
JAKARTA– Pemerintah Indonesia telah melayangkan nota protes kepada Amerika Serikat (AS) terkait bocoran kawat diplomatik tentang informasi yang menyudutkan Presiden SBY dari WikiLeaks dan diberitakan dua surat kabar Australia kemarin.
Nota protes tersebut langsung diberikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kepada Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel di Kantor Kementerian Luar Negeri kemarin. Saat itu Marty memanggil Marciel untuk membahas berita menghebohkan tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di koran The Age dan Sydney Morning Herald (SMH) yang disebutkan bersumber dari bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar AS.
Menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha,Indonesia merasa sangat perlu melayangkan nota protes karena isi kawat diplomatik Kedutaan Besar AS yang dibocorkan Wiki- Leaksdan diberitakan dua surat kabar Australia tidak benar.“Informasi itu tidak bisa dipertanggungjawabkan secara moral,” ujar Julian di Istana Kepresidenan, Jakarta kemarin. The Age dan SMH pada berita utamanya di halaman pertama kemarin memberitakan bahwa Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono telah menyalahgunakan wewenang untuk memperkuat kekuasaan dan jaringan bisnis. Menurut kedua koran tersebut, informasi mereka bersumber dari kawat-kawat diplomatik Kedutaan Besar AS di Jakarta yang bocor ke tangan WikiLeaks.
The Age menulis bahwa isi kawat rahasia itu merusak reputasi SBY sebagai seorang politisi bersih dan reformis. Berita ini muncul saat Wakil Presiden Boediono mengunjungi Canberra untuk berunding dengan pelaksana Perdana Menteri (PM) Australia Wayne Swan serta berdiskusi dengan sejumlah pejabat di sana untuk mereformasi birokrasi di Indonesia. Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Jakarta lewat situsnya menyatakan penyesalan atas bocornya lalu lintas informasi apa pun yang dikategorikan rahasia termasuk pembicaraan antara diplomat Indonesia dan AS serta penilaian pribadi diplomat AS.
Meski begitu, Pemerintah AS tidak membenarkan maupun membantah isi pemberitaan kedua surat kabar tersebut. “Publikasi seperti ini sangat tidak bertanggung jawab. Kami menyatakan penyesalan yang sangat dalam kepada Presiden Yudhoyono dan rakyat Indonesia. Kebijakan luar negeri kami tidak dibuat melalui pesan- pesan ini (nota diplomatik), tapi di Washington (Gedung Putih),” demikian kutipan rilis Kedutaan Besar AS. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai pernyataan penyesalan Pemerintah AS belum cukup karena berita yang bersumber dari nota diplomatik Kedutaan Besar AS ini sudah bersifat sangat mengganggu.“ Kita yang merasakan dampak kecerobohan Pemerintah AS.
Seolah-olah kita tidak melaksanakan komitmen (pemberantasan korupsi). (Jadi) kita harus mempertanyakan apakah cukup menyatakan penyesalan atau permintaan maaf,”tegas Marty. Wakil Presiden Boediono mempertanyakan akurasi pemberitaan di dua media cetakAustralia.“ Sumbernya adalah catatan diplomat yang masih mentah dan tidak diverifikasi kebenarannya,” kata Boediono dalam jumpa pers di Kedubes RI di Canberra kemarin. Pemberitaan ini, kata Boediono, tidak membuat keyakinannya atas integritas dan kredibilitas Presiden SBY berkurang. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengungkapkan, Indonesia juga sudah mengirim hak jawab kepada The Agedan SMH.Dalam hak jawab itu, Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa semua yang ditulis dalam pemberitaan kedua surat kabar tersebut tidak benar.
“Kita menyesalkan kenapa mereka tidak konfirmasi lebih dulu sebelum mengangkat berita itu,”kata Djoko. Informasi penyalahgunaan wewenang oleh Presiden SBY yang diberitakan The Agekemarin antara lain memerintahkan Kejaksaan Agung menghentikan perkara dugaan korupsi yang melibatkan Taufiq Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Mengenai hal ini,Taufiq Kiemas yang saat ini menjabat sebagai Ketua MPR mengatakan bahwa informasi itu tidak benar. “Saya justru tidak tahu kasus apa,”katanya. Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Marwan Effendi menyatakan tidak ada perkara atas nama Taufiq Kiemas yang pernah diselidiki maupun disidik Kejaksaan Agung.
WikiLeaks juga menyebutkan bahwa Ibu Ani Yudhoyono bertindak sebagai broker atau fasilitator untuk berbagai spekulasi bisnis.“Ibu Negara Kristiani Herawati,mendapat keuntungan finansial dari posisi politiknya,” sebut kawat diplomat AS yang dibocorkan WikiLeaks. Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengungkapkan, Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono sangat terpukul dengan pemberitaan The Age dan SMH.“Presiden mengelus dada, (dan mengucap) Na’udzubillah. Ibu Negara menangis karena betul-betul tidak ada secuil pun yang disampaikan (dalam pemberitaan) itu dilakukan oleh beliau,”ujar Sudi. Kawat Kedutaan Besar AS pun menyebutkan,SBY memerintahkan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) saat itu, Syamsir Siregar, untuk memata- matai Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra saat melakukan perjalanan rahasia ke Singapura menemui pengusaha China.
Yusril mengaku sudah menghubungi Syamsir kemarin pagi.“Syamsir hanya tertawa, tidak membantah dan tidak mengiyakan,” katanya. Yusril mengungkapkan bahwa Syamsir tidak memenuhi panggilan SBY terkait pemberitaan ini kemarin karena sedang sibuk. maesaroh/rarasati syarief/radi saputro/ purwadi/kholil/ rahmat sahid/m sahlan/ nurul huda/syarifudin/ant SOURCE
JAKARTA– Pemerintah Indonesia telah melayangkan nota protes kepada Amerika Serikat (AS) terkait bocoran kawat diplomatik tentang informasi yang menyudutkan Presiden SBY dari WikiLeaks dan diberitakan dua surat kabar Australia kemarin.
Nota protes tersebut langsung diberikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kepada Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel di Kantor Kementerian Luar Negeri kemarin. Saat itu Marty memanggil Marciel untuk membahas berita menghebohkan tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di koran The Age dan Sydney Morning Herald (SMH) yang disebutkan bersumber dari bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar AS.
Menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha,Indonesia merasa sangat perlu melayangkan nota protes karena isi kawat diplomatik Kedutaan Besar AS yang dibocorkan Wiki- Leaksdan diberitakan dua surat kabar Australia tidak benar.“Informasi itu tidak bisa dipertanggungjawabkan secara moral,” ujar Julian di Istana Kepresidenan, Jakarta kemarin. The Age dan SMH pada berita utamanya di halaman pertama kemarin memberitakan bahwa Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono telah menyalahgunakan wewenang untuk memperkuat kekuasaan dan jaringan bisnis. Menurut kedua koran tersebut, informasi mereka bersumber dari kawat-kawat diplomatik Kedutaan Besar AS di Jakarta yang bocor ke tangan WikiLeaks.
The Age menulis bahwa isi kawat rahasia itu merusak reputasi SBY sebagai seorang politisi bersih dan reformis. Berita ini muncul saat Wakil Presiden Boediono mengunjungi Canberra untuk berunding dengan pelaksana Perdana Menteri (PM) Australia Wayne Swan serta berdiskusi dengan sejumlah pejabat di sana untuk mereformasi birokrasi di Indonesia. Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Jakarta lewat situsnya menyatakan penyesalan atas bocornya lalu lintas informasi apa pun yang dikategorikan rahasia termasuk pembicaraan antara diplomat Indonesia dan AS serta penilaian pribadi diplomat AS.
Meski begitu, Pemerintah AS tidak membenarkan maupun membantah isi pemberitaan kedua surat kabar tersebut. “Publikasi seperti ini sangat tidak bertanggung jawab. Kami menyatakan penyesalan yang sangat dalam kepada Presiden Yudhoyono dan rakyat Indonesia. Kebijakan luar negeri kami tidak dibuat melalui pesan- pesan ini (nota diplomatik), tapi di Washington (Gedung Putih),” demikian kutipan rilis Kedutaan Besar AS. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai pernyataan penyesalan Pemerintah AS belum cukup karena berita yang bersumber dari nota diplomatik Kedutaan Besar AS ini sudah bersifat sangat mengganggu.“ Kita yang merasakan dampak kecerobohan Pemerintah AS.
Seolah-olah kita tidak melaksanakan komitmen (pemberantasan korupsi). (Jadi) kita harus mempertanyakan apakah cukup menyatakan penyesalan atau permintaan maaf,”tegas Marty. Wakil Presiden Boediono mempertanyakan akurasi pemberitaan di dua media cetakAustralia.“ Sumbernya adalah catatan diplomat yang masih mentah dan tidak diverifikasi kebenarannya,” kata Boediono dalam jumpa pers di Kedubes RI di Canberra kemarin. Pemberitaan ini, kata Boediono, tidak membuat keyakinannya atas integritas dan kredibilitas Presiden SBY berkurang. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengungkapkan, Indonesia juga sudah mengirim hak jawab kepada The Agedan SMH.Dalam hak jawab itu, Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa semua yang ditulis dalam pemberitaan kedua surat kabar tersebut tidak benar.
“Kita menyesalkan kenapa mereka tidak konfirmasi lebih dulu sebelum mengangkat berita itu,”kata Djoko. Informasi penyalahgunaan wewenang oleh Presiden SBY yang diberitakan The Agekemarin antara lain memerintahkan Kejaksaan Agung menghentikan perkara dugaan korupsi yang melibatkan Taufiq Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Mengenai hal ini,Taufiq Kiemas yang saat ini menjabat sebagai Ketua MPR mengatakan bahwa informasi itu tidak benar. “Saya justru tidak tahu kasus apa,”katanya. Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Marwan Effendi menyatakan tidak ada perkara atas nama Taufiq Kiemas yang pernah diselidiki maupun disidik Kejaksaan Agung.
WikiLeaks juga menyebutkan bahwa Ibu Ani Yudhoyono bertindak sebagai broker atau fasilitator untuk berbagai spekulasi bisnis.“Ibu Negara Kristiani Herawati,mendapat keuntungan finansial dari posisi politiknya,” sebut kawat diplomat AS yang dibocorkan WikiLeaks. Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengungkapkan, Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono sangat terpukul dengan pemberitaan The Age dan SMH.“Presiden mengelus dada, (dan mengucap) Na’udzubillah. Ibu Negara menangis karena betul-betul tidak ada secuil pun yang disampaikan (dalam pemberitaan) itu dilakukan oleh beliau,”ujar Sudi. Kawat Kedutaan Besar AS pun menyebutkan,SBY memerintahkan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) saat itu, Syamsir Siregar, untuk memata- matai Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra saat melakukan perjalanan rahasia ke Singapura menemui pengusaha China.
Yusril mengaku sudah menghubungi Syamsir kemarin pagi.“Syamsir hanya tertawa, tidak membantah dan tidak mengiyakan,” katanya. Yusril mengungkapkan bahwa Syamsir tidak memenuhi panggilan SBY terkait pemberitaan ini kemarin karena sedang sibuk. maesaroh/rarasati syarief/radi saputro/ purwadi/kholil/ rahmat sahid/m sahlan/ nurul huda/syarifudin/ant SOURCE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar