l
Presiden Mesir Husni Mubarak berbicara dengan presiden Amerika Serikat Barack Obama di Gedung Putih, Washington, 1 September 2010. AP/Susan Walsh
TEMPO Interaktif, Washington -Presiden Amerika Serikat Barack Obama sekali lagi mendesak Presiden Mesir Husni Mubarak memenuhi tuntutan demonstran, yakni mundur dari jabatannya. Ia mengatakan Mesir tak akan pernah kembali menjadi negara seperti sebelum terjadinya demonstrasi kalau Mubarak tidak mundur.
Dalam wawancara dengan Fox News sebelum menyaksikan pertandingan Super Bowl di Gedung Putih, Obama mengatakan sangat jelas bahwa rakyat Mesir menginginkan kemerdekaan dan pemilihan umum yang adil serta bebas. Rakyat Mesir, kata Obama, juga menginginkan pemerintah yang baru.
Kendati demikian, kata presiden kulit hitam pertama Amerika itu, negaranya tak bisa memaksakan apa pun terhadap Mubarak. Dia juga mengaku tak mengetahui secara pasti apakah Mubarak akan benar-benar mundur. "Kita hanya bisa mengatakan, sekaranglah waktunya bagi Mubarak untuk mulai membuat perubahan di negaranya," katanya.
Selama protes berlangsung di Mesir, pemerintah Amerika terus berjuang mencari jalan untuk melindungi kepentingan keamanannya di negara tersebut tanpa mengabaikan demonstran. Karena itu, pemerintah Amerika juga mengusulkan agar pemerintah transisi dibentuk untuk mencegah kelompok radikal, yang anti-Amerika, merebut kekuasaan. Menurut Obama, transisi ke pemerintah baru akan mengurangi kesempatan kelompok radikal mengambil alih.Dalam wawancara dengan Fox News sebelum menyaksikan pertandingan Super Bowl di Gedung Putih, Obama mengatakan sangat jelas bahwa rakyat Mesir menginginkan kemerdekaan dan pemilihan umum yang adil serta bebas. Rakyat Mesir, kata Obama, juga menginginkan pemerintah yang baru.
Kendati demikian, kata presiden kulit hitam pertama Amerika itu, negaranya tak bisa memaksakan apa pun terhadap Mubarak. Dia juga mengaku tak mengetahui secara pasti apakah Mubarak akan benar-benar mundur. "Kita hanya bisa mengatakan, sekaranglah waktunya bagi Mubarak untuk mulai membuat perubahan di negaranya," katanya.
"Saya percaya, jika Mesir melakukan proses transisi, mereka akan memiliki pemerintah yang akan bekerja sama dengan Amerika," ujar Obama. Ketika ditanya apakah dia khawatir terhadap keberadaan oposisi Ikhwanul Muslimin, Obama menepis hal itu.
"Ikhwanul Muslimin satu faksi di Mesir. Mereka tidak punya dukungan mayoritas," ujarnya. Tapi Obama mengakui Ikhwanul Muslimin merupakan kelompok yang terorganisasi dengan baik dan ada kecenderungan dalam ideologi mereka untuk melawan Amerika. "Tidak ada keraguan tentang hal itu. Tapi, di Mesir, banyak kelompok masyarakat sekuler, ada kelompok pendidik dan masyarakat sipil yang menginginkan masa depan yang lebih baik."
Ikhwanul Muslimin, yang sebelumnya dilarang oleh Presiden Mubarak, Ahad lalu ikut berunding bersama kelompok oposisi lainnya dengan Wakil Presiden Omar Suleiman. Melihat keterlibatan kelompok itu dalam perundingan, Obama mengungkapkan, Amerika harus memastikan semua kelompok di Mesir bekerja sama untuk membuat pemerintah transisi yang benar-benar berarti.
Di Mesir, seperti dilaporkan wartawan Tempo Qaris Tajudin dari Tahrir Square, pemerintah kemarin mengurangi jam malam. Ketika pertama kali diberlakukan pada 28 Januari lalu, jam malam berlangsung sejak pukul 19.00 sampai pukul 06.00. Mulai kemarin, jam malam dikurangi menjadi pukul 20.00 sampai 06.00.
Tak hanya itu, pemerintah Mesir juga berusaha meredam kemarahan rakyatnya dengan mengumumkan menaikkan gaji dan pensiun 15 persen. Keputusan ini keluar setelah lembaga pemerintah berjanji akan menginvestigasi kecurangan pemilu dan korupsi para pejabat.
Menteri Keuangan yang baru ditunjuk, Samir Radwan, mengatakan pemerintah mengalokasikan sekitar 6,5 miliar pound Mesir (US$ 960 juta) untuk membayar kenaikan gaji, yang efektif berlaku April mendatang untuk 6 juta orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar