Kembali pihak gereja-gereja di Indonesia bergerak dan angkat bicara ketika aspirasi dan suara masyarakat didaerah tidak didengarkan ataupun dijalankan oleh pemerintah. Hal inilah yang menjadi alasan beberapa gereja-gereja di Papua untuk menolak Otonomi Khusus (Otsus) yang tidak kunjung melahirkan perubahan secara substansial.
Pdt. Socratez Sofyan Yoman, Ketua Sinode Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, menyerukan kepada pemerintah walaupun suara mereka terabaikan, pihaknya tetap berpegang pada pendirian tersebut. “Kalau memang pernyataan kami dinilai mengganggu proses pemilihan dan perekrutan Majelis Rakyat Papua silahkan saja, tetapi kami tetap berpegang bahwa pelaksanaan Otsus di Papua telah gagal” kata Socratez, kepada JUBI di Jayapura, Sabtu (15/1). Socratez menilai bahwa anggota DPRP tak lagi mewakili kepentingan rakyat, karena suara kegagalan dan penolakan Otsus dari rakyat Papua tak digubris. Ia juga bertanya soal 11 rekomendasi hasil Musyawarah Besar MRP. “Mengapa 11 rekomendasi yang pernah di hasilkan Mubes MRP belum direalisasikan hingga sekarang ?, sebaiknya DPRP merealisaikan suara rakyat Papua, agar tidak menimbulkan gejolak politik dan konflik di Papua,” ujarnya.
Pemimpin gereja ini meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan segala bentuk intimidasi, pola-pola pendekatan represif lainnya, yang bertujuan untuk membungkam suara-suara kritis dari umat kami terhadap kebijakan-kebijakan politik pembangunan di Tanah Papua yang tidak memihak kepentingan rakyat banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar