Dari Aksi Damai DAP Wilayah Kabupaten Merauke
Merauke—Tidak hanya di DPRP Jayapura, demo yang sama juga dilakukan di DPRD Merauke. Puluhan pemuda di bawah kordinasi Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah Kabupaten Merauke, Kamis (8/8) pagi sekitar pukul 10.00 Wit mendatangani Kantor DPRD Kabupaten Merauke, Jalan Brawijaya, untuk menyampaikan aspirasinya ihwal permintaan Referendum yang nantinya akan dimediasi Mahkamah Internasional.
Sembari membawa sejumlah spanduk yang diantaranya bertuliskan; Otsus Gagal Total Semua Rekayasa Pusat, dan Pepera sebagai Pemasungan Pendapat Rakyat dan Bangsa Papua, mereka meneriakkan yel-yel soal kegagalan Otsus dan permintaan pelaksanaan Referendum.
“Otsus no, referenfum yes!”
demikian pekikan yel-yel yang dikeluarkan massa yang dimotori Sekretaris DAP Merauke Jhon Wob.Sebelumnya, massa mendatangi Tugu Pepera yang lumayan jauh dari kantor wakil rakyat ini. Setelah menapak tilas kembalinya Irian Jaya Barat ke pangkuan NKRI puluhan tahun silam melalui tugu tersebut, lalu massa menuju ke Kantor DPRD dengan cara long march yang dikawal ketat aparat Polres Merauke. Setibanya di pelataran Kantor DPRD, massa dihalau aparat yang sudah berjaga-jaga sejak Kamis pagi harinya. Dan, mereka sempat menyampaikan tujuan mereka kepada Kabag Ops Merauke Kompol Jefry R Siagian SIK, untuk bisa bertemu langsung dengan para wakil rakyat yang berada di gedung Brawijaya ini. Negosiasi pun berjalan baik, Kabag Ops menyarankan agar pertemuan ini dilakukan oleh perwakilan yang kompetens. Kabag Ops juga meminta meminta kepada seluruh massa, untuk tetap bijak dan tidak anarkhis dalam menyampaikan aspirasi melalui orasinya.
“Kami minta yang punya senjata tajam (sajam) untuk tidak dibawah masuk ke dalam gedung ini,” kata Siagian seraya memerintahkan anggotanya melakukan razia sajam sebelum para perwakilan itu masuk.
Di dalam ruang rapat DPRD, massa disambut dan di terima baik oleh Ketua DPRD Ir Leonardus Mahuze, Wakil Ketua I Matheus Liem Gebze, SE serta sejumlah anggota dewan. Lantas, sebelas orang perwakilan pemuda itu, menyampaikan aspirasinya kepada dewan, untuk sekiranya membentuk Tim Panitia Khusus dalam rangka mengakomodir keinginan mereka soal permintaan Referendum. Menurut mereka, Referendum sudah menjadi harga mati, karena selama ini yang dirasakan mereka, Otonomi Khusus (Otsus) tidak memberikan efek domain bagi rakyat dan bangsa Papua. “Selama ini Otsus hanya menjadi kepentingan Pemerintah Pusat yang tidak punya pengaruh apa-apa untuk kami. Kami tidak pernah merasakan apa itu Otsus, penerapannya hanya untuk segelintir orang saja. Sebab itu, kami meminta untuk aspirasi ini ditampung agar selekasnya melalui mediasi Mahkamah Internasional, Referendum harus dilaksanakan,” kata Jhon Wob merangkumkan apa yang disampaikan rekan-rekan pemudanya.
Setelah mendengar uneg-uneg yang disampaikan para pemuda itu, Leo pun memberikan jawaban yang bijak kepada mereka yang menuntut Referendum. Menurut Leo, sebagai wakil rakyat pihaknya hanya bisa menampung aspirasi yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah. “Tugas kami hanya menampung aspirasi dan menyampaikan. Untuk selanjutnya adalah kewenangan Pemerintah Pusat, apalagi itu menyangkut politik. Dan, kami rasa tidak perlu dilakukan dialog, karena kembali lagi kepada tugas kami yang hanya menampung,” jelasnya seraya menutup penyampaian aspirasi kemarin.
Selanjutnya, aksi demo damai kemarin berlangsung aman dan kondusif. Massa pun mulai pulang meninggalkan kantor wakil rakyat itu, tanpa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. (cr-14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar